Setelah Mengikuti pelatihan tersebut, Kristiyanti memberanikan diri untuk memberi pelatihan pembuatan batik tulis pada kaum difabel (tuna rungu dan tuna wicara) yang bertempat tinggal di daerah tempat tinggal ayahnya di Meteseh selama 1 bulan.
Kristiyanti
tergerak untuk mempertahankan batik yang ada di Semarang sehingga ia terus
mencoba berinovasi dan memperdalam
ilmunya dalam membatik. Ia telah mendapatkan beberapa sertifikat pelatihan membatik baik tingkat Kota, Propinsi dan Nasional dari berbagai pelatihan yang telah ia ikuti. Kristiyanti juga telah diakui
kompeten sebagai pembuat batik tulis dengan unit kompetensi mencanting dan menggambar motif batik. Sertifikat tersebut adalah :
1.
Pelatihan Membatik UPTD BLK DISNAKER KOTA
SEMARANG (21 April 2017)
2.
Sertifikat Kompetensi Nasional BNSP Pembuatan Batik Tulis / Sertifikasi Pembatik (20 November 2017)
3. Kompetensi Program Pelatihan Pembatik Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang (23 Februari 2018)
4. Sertifikat Kompetensi Nasional BNSPTukang Gambar Motif Batik/ Sertifikasi Pembatik (27 September 2019)
Dalam tiap kesempatan Kristiyanti berusaha
mengedukasi masyarakat dan memberi pengertian bahwa batik adalah sebuah karya
seni sehingga mereka seharusnya lebih bangga untuk mengenakan batik tulis dan
tidak membandingkan dengan motif print yang dihasilkan oleh pabrik yang jauh
lebih sempurna. batik tulis adalah sebuah seni yang dikerjakan dengan hati-hati
dan butuh ketelitian.
Maraknya pabrik yang memproduksi motif batik print dan tanpa pengertian bahwa batik tulis adalah sebuah karya seni, maka semakin lama jumlah pengrajin batik tulis akan semakin langka walaupun pemerintah memberikan banyak penyuluhan dan pelatihan pembuatan batik tulis. Itu sebabnya Kristiyanti juga membuka kelas pelatihan membuat saputangan di rumah dan di sekolah-sekolah dan sering pula diikuti oleh turis mancanegara. Kristiyanti juga pernah turut ambil bagian membina ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya yang telah mendapat bantuan pemerintah untuk menjadi kampung tematik “Kampung Batik”.
Demikian sejarah berdirinya Batik Semarangan Godhong Asem.
No comments:
Post a Comment