Sunday, January 24, 2021

Istilah dalam Membatik

 Dalam dunia batik, kita mengenal banyak istilah. Berikut ini ada beberapa istilah dalam dunia batik yang sering kita jumpai. 

1. Alas Kemplong adalah balok kayu yang digunakan sebagai landasan untuk meletakkan kain yang akan dikemplong.

2. Ancak adalah bagian canting cap sebagai dasar tempat melekatkan gagang cap dan siliwer.

3. Angsang adalah rangka logam/kayu/kawat sebagai alas tempat meletakkan serak pada wajan cap, berfungsi mengurangi resapan malam pada serak.

4. Bagong adalah istilah untuk canting dengan ukuran paling besar, dengan Nomor 12, digunakan untuk nutup/nembok, atau mbironi bagian kain batik yang luas.

5. Bajelan adalah bagian canting cap yang berfungsi untuk membuat tembokan malam.

6. Bantalan/Kasuran adalah bagian lapisan empuk pada meja cap sebagai alas pada saat melakukan pengecapan. Bantalan ini dapat terdiri dari lapisan busa dan atau kain tebal yang lembut. Kondisi bantalan basah untuk mendinginkan malam. Lapisan paling luar dari bantalan dilapisi dengan plastik tahan panas.

7. Byok adalah istilah untuk canting dengan carat/cucuk lebih dari dua yang disusun secara berkelompok, menghasilkan bentuk cecekan yang berkumpul.

8. Batik adalah tekstil Indonesia yang motifnya dibuat dengan teknik pencelupan rintang menggunakan malam panas sebagai zat perintang warna yang dilekatkan menggunakan canting dan canting cap (Konsensus 1966).

9. Batik cap adalah batik yang pembuatan motifnya dilakukan dengan melekatkan malam panas pada permukaan kain menggunakan canting cap.

10. Batik tulis adalah batik yang pembuatan motifnya dilakukan dengan melekatkan malam panas pada permukaan kain menggunakan canting.

11. Camplungan adalah bagian canting berbentuk mangkuk tempat menampung malam cair sebelum dituliskan. Adakalanya disebut juga nyamplung atau nyamplugan.

12. Canting atau canting tulis adalah alat khusus yang digunakan untuk menggambar dan menuliskan malam di atas kain sesuai dengan gambar pola.  

13. Canting cap adalah alat yang digunakan untuk mengecapkan malam di atas permukaan kain sesuai dengan motif yang terdapat pada alat tersebut.

14. Celemek adalah kain yang digunakan sebagai pelindung pakaian pada saat bekerja.

15. Cempal atau lampin adalah lapisan kain yang digunakan untuk alas tangan saat memegang panci atau wajan panas.

16. Ceplok adalah jenis motif batik yang berdiri sendiri dan tidak kontinyu, namun dapat diulang ke segala arah secara horizontal, vertikal, maupun diagonal.

17. Cloakan adalah sobekan plat logam tipis yang dibuat untuk kestabilan pemasangan siliwer pada ancak.

18. Cucuk adalah bagian mulut canting untuk menuliskan malam ke atas permukaan kain, berbentuk pipa kecil tempat mengalirkan malam cair keluar dari camplungan. Istilah lain untuk cucuk adalah carat.

19. Cupit adalah alat penjepit atau pinset yang digunakan pada saat menata bagian siliwer pada canting cap.

20. Ganden adalah alat semacam palu besar terbuat dari kayu, yang digunakan untuk memukul-mukul kain pada proses ngemplong.

21. Ganjelan adalah plat logam pengunci bagian-bagian alat cap.

22. Garan adalah gagang canting cap.

23. Gawangan adalah tempat menyampirkan kain pada saat dibatik agar lebih mudah dibatik. Istilah lain di Pekalongan langkring.

24. Gendhot adalah malam bekas hasil olahan yang tidak dapat dipergunakan kembali, dan bersifat mengendap dalam air.

25. Isen-isen adalah motif-motif hiasan yang khas untuk mengisi ornamen motif batik. Isen-isen yang digunakan untuk mengisi dan menghias latar kain batik, disebut isen latar. Jenis isen-isen sangat beragam, dan masing-masing memiliki nama, seperti: ceceg, sawut, sisik, mlinjon, dan sebagainya.

26. Joro adalah jarum atau kawat yang digunakan untuk mencetak bentuk cucuk/carat pada canting.

27. Kenyos adalah batang/kawat atau besi yang digunakan untuk ngecas atau membersihkan tetesan malam yang tidak diinginkan pada kain pada proses pembatikan. Istilah ini berbeda-beda pada tiap daerah, misalnya ngejos atau ngecas.

28. Luber adalah kondisi volume benda cair melebihi kapasitas tempat/wadahnya. Kata lain yang dapat digunakan adalah meluap, melimpah.

29. Lumpang adalah wadah logam yang digunakan untuk menghaluskan bahan patri pada pembuatan canting.

30. Malam adalah bahan hidrofob yang terdiri dari campuran gondorukem, damar mata kucing, parafin, malam tawon, kendal, dan atau microwax, yang fungsinya menahan masuknya zat warna batik pada bagian-bagian motif tertentu. Berdasarkan komposisi bahan baku, terdapat malam klowongan, malam tembokan, malam remukan, dan malam hasil daur ulang (malam gladhagan).

31. Mbabar adalah proses mencelup kain batik dengan membuka lebar kain untuk memberikan warna dasar.

32. Mbironi adalah menutup bagian-bagian motif yang telah dicelup dengan warna dasar biru pada kain menggunakan zat warna alam indigo atau tarum dengan malam panas sebelum proses pencelupan dengan warna lain atau warna sogan.

33. Medel adalah proses mencelup kain batik dengan cara merendam kain beberapa waktu dalam larutan zat warna.

34. Meja pola adalah meja yang digunakan untuk menjiplak motif batik.

35. Mopok adalah proses menutup bagian-bagian motif yang berwarna dengan malam panas menggunakan canting atau kuas untuk melindungi warna yang dalam proses pencelupan berikutnya. Istilah lain dari mopok adalah nutup.

36. Mori adalah bahan tekstil dalam bentuk kain tenun dari serat kapas yang digunakan untuk bahan baku batik. Terdapat beberapa jenis kain mori tergantung dari tingkat kehalusannya, seperti mori primisima, mori prima, dan mori biru. Selain mori, 7 kain dobby katun, rayon viskosa, atau sutera, dapat juga digunakan sebagai bahan yang dibatik.

37. Nembok adalah proses menutup bagian latar kain atau dengan malam tembokan atau malam remukan menggunakan canting pagan atau canting bagong, atau menggunakan kuas.

38. Nerusi adalah proses melekatkan malam panas menggunakan canting pada bagian belakang kain (sisi balik) untuk mempertegas dan menyempurnakan garis motif yang belum tertutup malam.

39. Ngemplong adalah proses memukul-mukul kain dengan alat berupa palu kayu besar, dengan tujuan melembutkan kain dan meningkatkan daya serap terhadap zat warna.

40. Ngerok adalah proses melepaskan malam dari permukaan kain batik dengan jalan dikerok dengan bilah logam atau bambu.

41. Ngetel adalah proses tradisional untuk memasak kain mori dengan cara menguleni/meremas-remas kain dengan minyak (kacang atau kapuk) dan mendiamkannya beberapa waktu hingga meresap rata, kemudian merebusnya di dalam larutan merang (abu padi atau abu) tanaman tertentu. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga kain lembut, bersih, dan daya serap meningkat.

42. Nggathok adalah kondisi di mana bagian motif batik pada pola pakaian saling berhadapan secara simentris.

43. Nggolo adalah memasukkan gondorukem disela-sela komponen motif canting cap dengan tujuan memperkuat motif pada rangka canting cap.

44. Ngluntur adalah melepaskan gondorukem dari canting cap dengan bantuan uap panas.

45. Ngeblat adalah memindahkan motif batik dari kertas ke kain dengan bantuan sinar lampu pada meja pola, atau mengunakan kertas karbon. Istilah lain untuk ngeblat adalah njiplak.

46. Ngiseni adalah proses mengisi ornamen motif atau latar kain dengan isen-isen.

47. Nglorod adalah proses melepaskan malam dari permukaan kain batik dengan cara direbus dalam air mendidih. Istilah lain dari nglorod adalah nglungsur.

48. Nguleni adalah proses meremas-remas dan membolak-balikkan kain dalam larutan ketel atau minyak ketel untuk melembutkan kain.

49. Ngloyor adalah proses melepaskan kotoran dan minyak ketel dari kain dengan menggunakan larutan alkalis dari abu merang, soda abu.

50. Nglowong adalah proses melekatkan malam panas pada tepi ornamen motif menggunakan canting.

51. Ngreng-reng adalah menggambar motif batik secara langsung pada permukaan kain dengan menggunakan canting dan malam dengan campuran khusus. Istilah lain untuk ngrengreng adalah nglengreng.

52. Njebor adalah proses membuat malam batik dengan memanaskan komponen-komponen bahan baku malam satu persatu berdasarkan titik lelehnya.

53. Nyanggit adalah kondisi di mana bagian motif batik tepat bertemu satu sama lain, dan tidak terpotong.

54. Nyoga adalah mewarnai kain batik dengan zat warna alam dengan warna-warna soga (kuning sampai coklat tua) yang berasal dari kayu tingi, jambal, tegeran, secang, dan lain-lain.

55. Nyolet adalah proses pewarnaan bagian-bagian tertentu dari motif batik dengan bantuan kuas. Berasal dari kata colet, yaitu membubuhkan warna pada kain batik menggunakan kuas. Coletan adalah hasil nyolet.

56. Noto adalah proses merapikan komponen-komponen motif pada pembuatan canting cap.

57. Ornamen adalah bagian motif utama yang merupakan renggaan atau stilasi dari benda-benda nyata, benda-benda khayalan, atau ragam hias daerah.

58. Paron adalah landasan baja yang berfungsi sebagai alas pembuan.

59. Pegon adalah canting batik ukuran basar dengan nomor 10 dan 11, yang biasanya digunakan untuk nembok.

60. Pijer adalah bahan kimia untuk campuran patri.

61. Pengobeng adalah orang yang pekerjaannya membatik menggunakan canting dan menerima sanggan membatik.

62. Pola adalah gambar yang menunjukkan bentuk dasar busana dan ukurannya di atas kertas. Pola juga diartikan sebagai gambar motif di atas kertas, yang merupakan perulangan dari unit-unit motif yang disebut raport motif.

63. Sanggan adalah pekerjaan atau semacam kontrak pekerjaan yang diberikan oleh tukang sanggan kepada tukang batik atau pengobeng.

64. Serak adalah lembaran atau lapisan kain yang ditempatkan pada ender (wajan cap), berfungsi membatasi volume malam yang terserap oleh canting cap.

65. Serok adalah sendok besar berlubang-lubang berfungsi sebagai saringan untuk memisahkan sampah atau kotoran atau malam dari air sisa nglorod.

66. Siliwer adalah bagian canting cap yang menjadi dasar dari klowongan, dan dilekatkan pada ancak.

67. Tukang Malam adalah orang yang mencampur bahan-bahan pembuat malam batik (gondorukem, lilin tawon, parafin, mata kucing) untuk keperluan nglowong, mopok, dsb.

68. Tukang Cap adalah orang yang pekerjaannya melekatkan malam pada permukaan kain menggunakan canting cap.

69. Tukang Celup adalah orang yang memberi warna batik dengan cara mencelup.

70. Tukang Colet adalah orang yang memberi warna batik dengan cara mencolet.

71. Tukang Jiplak adalah orang yang memindahkan pola batik dari kertas ke kain.

72. Tukang Kerok adalah orang yang melepaskan malam dengan cara mengerok malam dari permukaan kain menggunakan alat pengerok.

73. Tukang Lorod adalah orang yang melepaskan malam dengan cara merebus.

74. Tukang Popok adalah orang yang melekatkan malam pada bagian motif yang warnanya perlu dilindungi sebelum pencelupan.

75. Tukang Ketel adalah orang yang mempersiapkan kain batik dengan memasak kain dalam ketel untuk meningkatkan daya serap.

76. Zat Warna Alam adalah pewarna yang diperoleh dari alam baik secara langsung maupun tidak langsung, digunakan untuk mewarnai kain batik dengan cara mbironi, nyoga, atau medel.

77. Zat Warna Sintetis adalah pewarna yang berasal dari senyawa kimia, yang digunakan untuk mewarnai kain batik

Friday, January 22, 2021

Tutorial Eco Print Teknik Iron Blanket

Siapkan bahan untuk membuat eco print :

1. kain putih yang telah melewati proses scouring dan pre mordanting (optional. kalau mau kedua kainnya berwarna, maka tidak perlu memakai kain utama berwarna putih) 

2. kain blanket yang sudah diwarna ( kain blanket ini bisa dipakai berkali-kali. ditumpuk dengan daun berkali-kali tidak masalah, kadang akan menghasilkan kain yang lebih cantik dari kain utama) 

3. plastik seukuran kain

4. air untuk mengukus ecoprint 

5. tali rafia/tali kasur 

6. Daun/bunga  yang memiliki zat hijau daun/ tanin


Cara membuat eco print teknik iron blanket :

1. Siapkan plastik sebagai alas di bawah sebelum kain dibentangkan. Plastik seukuran kain dan usahakan rata.

2. Bila ingin hasil eco print lebih tua, basahi kain utama yang telah melalui proses pre mordant dengan air tawas (1 liter air dengan 2 sendok makan tawas). Bila ingin warna eco print lebih muda, kain tidak perlu dibasahi. Taruh kain basah/ kering tersebut diatas plastik. Usahakan rata.

 3. Daun yang memiliki zat hijau daun/ tanin direndam dalam air tunjung (70gram tunjung dengan 1 liter air) selama 5 menit lalu dilap sedikit saja hanya  agar tidak ada air yang menetes. Fungsi dari merendam dengan air tunjung agar warna daun muncul lebih pekat saat diproses. Ada beberapa daun yang tidak perlu melewati proses perendaman ini. Contohnya daun jati.  

4. Tempelkan daun pada erea yang ingin dieco print sesuai keinginan anda. 

5. Taruh kain blanket yang berwarna di atas daun tadi. usahakan benar-benar rata dan tidak ada udara di selanya agar tidak menggembung. Bila kain blanketnya telah kering, basahi dengan mencelup ke dalam air tawas yang tadi digunakan untuk membasahi kain putih utama. 

6. Atas sendiri lapisi lagi dengan plastik penutup. 

7. Gulung yang erat semua kain dan plastik tersebut seperti lontong dan ikat erat dengan tali rafia/ tali kasur. 

8. Kukus selama 1-2 jam 

9. buka lontong dan singkirkan daun yang menempel. Angin-anginkan sampai kering

10. Fiksasi  kedua kain tersebut (kain utama dan kain blanket) bisa dengan tunjung, kapur atau tawas. 

11. Angin-anginkan dan kedua kain tersebut siap untuk dipasarkan. 


Kain blanket bisa dijual juga, kadang hasil kain blanket setelah dipakai beberapa kali, akan menghasilkan karya yang unik dan cantik dan harganya lebih tinggi dibanding kain utama. 



Tutorial Cara Mewarnai Blanket Penutup Eco Print (Part 2 )

Siapkan bahan untuk mewarnai kain. Kali ini kita akan membuat blanket berwarna merah, kuning dan orange.  Bahan yang dibutuhkan :

1. kayu secang (warna merah)

2. kayu teger ( warna kuning )  

3. air 


Proses pewarnaan :

1. 1kg kayu secang  dengan 10 liter air direbus akan menghasilkan warna merah  (rebus sampai menyisakan 5liter) 

2. 1kg kayu teger dengan 10 liter air direbus menghasilkan warna kuning (rebus sampai menyisakan 5 liter) 

3. 1/2 kilo secang dan 1/2 kg teger  dengan 10 liter air akan menghasilkan warna orange  (rebus sampai menyisakan 5 liter)

4. Setelah proses perebusan, saring air tersebut. Kayunya dapat dipakai lagi tapi tentu saja akan merosot kwalitas warnanya. Air rebusannya kalau sisa sudah selesai dipakai untuk mewarnai, nantinya dapat disimpan dalam botol dan bisa dipakai lagi. Tapi kwalitas warna akan turun. 

5. Rendam kain putih yang telah melalui proses mordanting ke dalam rendaman pewarna selama 30 menit. Lalu diangin-anginkan di tempat teduh jangan diperas.

 6. Setelah kering bila dirasa warnanya kurang gelap, bisa diulang kembali sampai mendapatkan warna yang lebih tua sesuai keinginan. 

7. Angin-anginkan sampai kering dan siap untuk dikunci warnanya/ di-fiksasi


Jenis fiksasi pada kain

1. 70gram tawas dengan 1 liter air akan menghasilkan warna sesuai warna aslinya

2. 70 gram kapur dengan 1 liter  akan menghasilkan warna yang lebih tua dari warna aslinya

3. 70 gram tunjung dengan 1 liter air akan menghasilkan warna yang lebih gelap dari warna aslinya


Pilih salah satu fiksasi yang akan digunakan, lalu masukkan kain yang telah diwarnai untuk difiksasi. Kucek kain dan bilas 2x dengan air bersih, setelah itu diangin-anginkan. Kain sudah jadi dan siap digunakan sebagai blanket untuk eco-print

 

Tutorial Tahapan Eco Print - Part 1 ( Scouring & Pre Mordanting)

 Bahan yang disiapkan untuk 5 lembar kain ukuran 2m x 1.15m :

1. Kain  katun/ sutra/ linnen/ rayon

2. TRO

3. Soda abu/ suda ash

4. Tawas/tunjung/ kapur

5.  Air 


Langkah yang dilakukan sebelum kain diproses menjadi eco print :

1. Scouring kain 

a. Masukkan 3 sendok makan TRO  ( Singkatan dari Turkey Red Oil merupakan serbuk sabun tanpa pewangi dan pelembut) pada ember 

b. Masukkan air 10 liter air hangat 

c. Pastikan larutan tercampur rata

d. Masukkan kain katun/ sutra/ linnen/ rayon ukuran 2m x 1.15m (bisa menggunakan kain yang biasa dipakai untuk membatik) rendam selama 10-15 menit

e. Kucek kain perlahan sampai lapisan pabrikan yang melekat pada kain luruh. 

f. Bilas kain dengan air bersih 2x lalu diangin-anginkan sampai kering (jangan dibawah terik matahari)

g. Kain sudah bisa digunakan untuk proses berikutnya


2. Mordanting kain menggunakan tawas/ tunjung/ kapur dengan soda ash/ abu soda 

a.  Siapkan 280 gram tawas

b. Siapka 120 gram soda abu

c. Didihkan 20 liter air 

d. Masukkan tawas

e. Masukkan soda ash sedikit-sedikit dan perlahan  (ketika soda ash dimasukkan maka air akan sedikit berbuih dan naik ke atas.)

f. Aduk merata

g. Masukkan kain satu persatu rebus selama 1 jam dengan api kecil.

h. Setelah 1 jam, matikan api dan biarkan direndam selama 8 jam 

i. Bilas dengan air bersih 1x tidak perlu dikucek dan jangan diperas. 

j. Angin anginkan di tempat teduh sampai kering ( jangan diperas jangan kena matahari secara langsung )


Kain yang sudah melalui proses scouring dan pre mordanting, dapat disimpan sebelum digunakan untuk ecoprint. 

 

Yang perlu diingat adalah :

 tawas akan menghasilkan warna sesuai warna aslinya

 kapur akan menghasilkan warna yang lebih tua dari warna aslinya

tunjung  akan menghasilkan warna yang lebih gelap dari warna aslinya



Sunday, January 10, 2021

SKKNI BATIK 2018

                 SKKNI atau Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia juga diterapkan pada Industri Kain Batik. SKKNI selalu diperbaharui secara berkala. Untuk SKKNI Batik yang terbaru adalah SKKNI Nomor 104 tahun 2018. Di dalam SKKNI Batik tercantum standar apa saja yang diterapkan. 

                Di dalam SKKNI Batik terdapat pemetaan standar kompetensi yang bisa diterapkan oleh industri Batik untuk menetapkan Job Deskripsi yang diberikan pada tiap unit pekerja. Berikut ini apa saja bagian yang terdapat di dalam industri Batik. 

1. Research & Development (R & D)

    Berikut ini bagian yang terdapat dalam R & D 

    a. Staf drawing

    b. Staf pengembangan alat produksi

    c. Staf pengembangan proses produksi

    d. Desainer

    e. Pimpinan R&D

2. Production, Planning & Inventory Control (PPIC)

    berikut ini bagian yang terdapat dalam PPIC

    a. Staf PPIC

    b. Pimpinan PPIC

3. Purchasing

    berikut ini bagian yang terdapat dalam purchasing

    a. Staf purchasing

    b. Pimpinan purchasing

4. Produksi

    berikut ini bagian yang terdapat dalam produksi

   a. Tukang pola

    b. Tukang potong kain

    c. Tukang persiapan kain

    d. Tukang malam

    e. Tukang sanggan

    f. Tukang blat

    g. Tukang cap

    h. Tukang batik

    i. Tukang warna

    j. Tukang kerok

    k. Tukang lorod

    l. Mandor Produksi

    m. Supervisor produksi

    n. Pimpinan Produksi

5. Utility

    Berikut ini bagian yang terdapat dalam Utility 

    a. Staf air proses

    b. Staf listrik

    c. Staf pengolah limbah

6. Quality Control

    Berikut ini bagian yang terdapat dalam quality control 

    a. Petugas process control

    b. Pemeriksa mutu kain dan hasil pewarnaan

7. Logistik

    berikut ini yang terdapat dalam bagian logistik

    a. staf logistik

    b. Pimpinan logistik

8. Pemasaran

    Berikut ini yang terdapat dalam bagian pemasaran

    a. Staf pemasaran

    b. Pimpinan pemasaran

9. After sales service

    Berikut ini yang terdapat dalam bagian after sales service

    a. Staf layanan after sales

    b. Pimpinan after sales

10. Pembuatan Peralatan dan Perlengkapan batik

    Berikut ini yang terdapat dalam bagian pembuatan peralatan dan perlengkapan batik 

    a. Tukang canting

    b. Tukang canting cap. 


Itulah bagian bagian yang terdapat dalam industri Batik. Untuk industri batik skala kecil tidak menerapkan semua yang ada dalam SKKNI, bisa mengambil beberapa bagian dalam SKKNI untuk diterapkan dalam industrinya agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. 


Saturday, January 9, 2021

Peralatan Untuk Membuat Batik Cap

Untuk membuat batik cap, kita harus mempersiapkan peralatannya. 

1. Meja Pengecapan 

    Ukuran meja pengecapan : 

    Panjang meja cap 130 cm 

    Lebar meja cap 90 cm 

    Tinggi meja cap 80 cm 

     Dibuat seukuran tersebut karena pada umumnya ukuran lebar kain 1meter - 1.15 meter jadi meja             harus dibuat lebih lebar dari lebar kain.  

     Setelah mempersiapkan meja pengecapkan, harus disiapkan lapisan-lapisan agar meja tersebut dapat digunakan untuk mengecap. Semua lapisan tersebut harus dijaga kelembabannya dengan membasahi dengan 1 gayung air. Berikut ini urutan lapisan mulai dari bagian dasar/ bawah sendiri :

Lapisan pertama :

a. busa yang keras (basahi dengan dicipratkan air dalam gayung)

b. plastik tebal

c. karpet

d. karung goni

e. karpet

Lapisan ke-2 :

f. kain katun 

g. kertas semen

h. plastik kaca (remas plastik dan celup dalam gayung berisi air beberapa saat sampai benar benar              basah, lalu diperas) 

Semua lapisan tersebut dibuat sesuai panjang dan lebar meja. bila lebih lebar bisa dilipat ke bawahnya. Lapisan tersebut harus dijaga agar tetap basah dan dingin. Agar menjaga kain yang dicap tidak gosong atau berlubang saat dicap. Bila dirasa lapisan tersebut mulai kering, lapisan pertama dibahasi dengan segayung air. 


2. Media pengecapan 

a. loyang pengecapan yang terbuat dari tembaga yang memiliki berat sekitar 4.5- 5kg agar tidak mudah      melengkung. Di dalam loyang harus diberi sarangan agar malam dapat menyerap rata pada cap yang      akan digunakan. Fungsinya untuk mengatur kekentalan malam yang akan merekat pada alat cap. Isi        dalam loyang sesuai urutan paling bawah adalah : 

    * sarangan dari kuningan ukuran 30 cm x 30 cm 

    * serat karung goni sesuai kebutuhan bisa 1 lapis atau 2 lapis ukuran 30cm x 30cm

    * kain katun sesuai kebutuhan bisa 1 lapis atau 2 lapis ukuran 30cm x 30 cm 

b. kompor yang diletakkan pada dudukan kompor. Gunakan kompor yang memiliki panas merata                sehingga dapat menghasilkan cap yang rata pada kain. 

c. pinset kecil dan pinset besar yang terbuat dari plat untuk membersihkan kotoran yang melekat pada        loyang 

d. susruk / sodet untuk meratakan malam yang telah mencair di atas loyang 


3. Cap 

    Panaskan cap di atas loyang. bila capnya penuh logam tembaganya, butuh waktu 4-5 menit. tapi              kalau capnya single hanya berbentuk bunga bunga, hanya butuh 2 menit dipanaskan sebelum                  dicapkan. 



Sunday, December 20, 2020

Filosofi Motif Batik Gemek Setekem

                          Motif Gemek Setekem merupakan motif batik yang berasal dari Batang dan Banyumas. Motif ini tergolong dari jenis motif fauna unggas yaitu burung puyuh. Nama Gemek Setekem terdiri dari dua suku kata yang berasal dari bahasa Banyumas yaitu gemek dan setekem, gemek berarti burung puyuh dan setekem berarti sekepal telapak tangan. Motif ini dibuat berdasarkan populasi burung puyuh yang banyak terdapat di daerah Banyumas dan sekitarnya.

Motif batik Gemek Setekem memiliki kesatuan dari bentuk motif pokok yaitu burung puyuh dengan motif pendukung yang berupa ornamen tumbuhan yang merupakan habitat dari burung puyuh.

Ciri-ciri motif batik Gemek Setekem adalah burung puyuh yang sedang berada di dalam semak belukar. Di dalam motif Gemek Setekem terdapat motif hias pokok lainnya yaitu ornamen garuda yang berangkai dengan ornamen semen. Motif pendukung yang digunakan pada motif batik Gemek Setekem adalah motif hias lidah api  yang terdapat isen-isen didalamnya.

Nilai Simbolik Batik Gemek Setekem adalah suasana gembira dan suasana ramai. Suasana tersebut dibangun dari keseluruhan motif yang dibubuhkan dalam satu kain batik secara kompleks. Karakteristik burung puyuh adalah burung yang senang berkelana di alam. Karakteristik tersebut merupakan gambaran dari masyarakat Banyumas dan sekitarnya yang senang bekelana dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan masyarakat yang baru.Penggambaran masyarakat Banyumas dan sekitarnya yang menjunjung tinggi kemandirian di dalam hidupnya. Motif Gemek Setekem mengajarkan bahwa walaupun manusia di manapun berada harus tetap mandiri dan harus tetap menghargai satu sama lain.